-- --> Skip to main content

Tanda Kenabian Baginda Muhammad


 "Saudaraku yang dari quraisy itu diambil dua orang lelaki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah sambil dibalik balikkan" Kata seorang anak kecil kepada ibunya, Halimah assa'diyah binti Dhu'aib, sambil terengah engah.


Tentu saja hal tersebut amat mengejutkan Halimah dan suaminya, Harits bin Abdul Uzza. Masalahnya, yang dimaksud dengan "saudaraku yang dari quraisy" itu ialah Muhammad bin Abdullah, yang dititipkan ibunya, Aminah. Muhammad telah disusuinyaselama dua tahun lebih. Ia anak yatim, karena ketika dua bulan dikandungan ayahnya telah meninggal dan dimakamkan di
"kenapa kau nak?" Halimah yang didampingi suaminya, bertanya sambil mengulurkan tangan, berusaha memeluk. "Aku didatangi dua orang lelaki berpakaian putih" jawabnya. "aku dibaringkan lalu perutku dibadah. Mereka mencari sesuatu. tapi aku tidak yahu apa yang dicari."Setelah kejadian itu halimah mengembalikan anak susuannya iu kepada ibunya di Mekkah.

Sebuah riwayat menyebutkan Abdu Mutollib kakeknya memperoleh pengaaman yang mengisyaratkan kenabian cucunya itu.

Ketika beraudiensi dengan raja Syeik dari habsyi, ia tidak mengira akan memperoleh sambutan yang luar biasa. Ia dipersilahkan duduk di singgasana sang raja. "Saya lihat, dimata tuan didalam keturunan tuan bakal lahir seorang raja besar jauh llebih besar dari pada saya." ujar raja.
Maka tak mengherankan bila Abdul Muthallib mengasuh cucunya itu dengan perhatian, apalagi Muhammad adalah keturunan Abdullah anak kesayangannya. Terlebih setelah Muhammad adalah yatim piatu.

Beberapa tahun kemudian, Abdul Muthallib pun wafat ketika umurnya 80 tahun. Genaplah sudah kepedihan yang dialami baginda Muhammad kecil. Ia kemudian diasuh oleh pamanya yang bernama  Abu Thalib, Yang notabennya bukan orang kaya, malah anaknya banyak, ia sangat sayang terhadap muhammad. Salah satu anaknya Ali kelak nantinya akan menjadi sahabat dekat dam menantu Muhammad.

Dibawah bimbingan Abu Thalib, Muhammad tumbuh dewasa. Menginjak usia 12 tahun Abu Thalib mengajak Muhammad berdagang di syam. Menjelang memasuki Damaskus, ibukota syam, rombongan Abu Thalib beristirahat didepan rumah gereja tua. Diam-diam gereja pendeta gereja itu memperhatikan Muhammad.

Kepada Abu Thalib ia mengatakan, sesuai dengan tanda tanda yang disebutkan dalam kitab injil,Muhammad akan menjadi nabi, meneruskan risalah Nabi Isa AS, Menegakkan agama tauhid, dan meluruskan hal yang batil.

 "saya anjurkan, sebaiknya anak ini dibawa kembali pulang, jangan meneruskan perjalanan ke syam, sebab jika orang jahat melihat tanda-tanda dibandannya, akan sangat membahayakan anak ini." ujar pendeta tersebut."

" Mengapa harus kembali? ada apa dengan Muhammad? kenapa ia diancam dan apa ada tanda-tanda yang ada padanya?" ujar Abu Thalib.

"Coba buka bajunya, engkau akan melihat sebuah tanda kenabian di punggungnya." kata si pendeta.
Abu Thalib lantas membuka baju Muhammad, "Ada tahi lalat dipunggungnya, bukan? " ujar pendeta. Kemudia keduanya meneliti dan benar memang sda tahi lalat dipunggungnya.

"Itulah salah satu tanda nabi yang akan datang, nabi yang besar, dan telah disebut dalam kitab suci" kata pendeta lagi.

Abu Thalib akhirnya memenuhi anjuran pendeta tersebut dan kembali ke Makkah, ia khawatir akan bencana yang menghadang, yang dapat mencelakakan diri Muhammad, keponakan yang sangat ia sayangi.

sumber: majalah alkisah


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar